berita wooow
Kamis, 01 Januari 2015
Sabtu, 27 Desember 2014
makalah
MAKALAH
APRESIASI SASTRA ANAK
“ FUNGSI SASTRA ANAK “
DOSEN
: SUHAILI, S.Pd, M, Pd
DISUSUN
OLEH :
SYARIAH
SITI HAPSAH
HARIYATUNI
RAMLI AHMAD
RAUHATUL HISAN
ALUH NURIL
MALA
LALU RAHMAT KAWERAN
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
STKIP HAMZAR LOMBOK UTARA
2014
KATA
PENGANTAR
Segala puji bagi allah swt kami panjatkan atas
segala limpahan rahmat, taufiq dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
penulisan makalah ini. Shalawat dan salam semoga dilimpihkan kepada junjungan nabi
besar Muhammad saw, beserta keluarga, sahabat dan pengikutnya sampai akhir
zaman.
Dengan selesainya penulisan makalah ini, kami menyanpaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan saran, bimbingan dan
informasi yang sangat berharga, kami menyadari bahwa dalam penyususunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun ( konstruktif )
guna penyempurnaannya nanti.
Akhirnya saya berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita, khususnya bagi kami
dan tidak lain harapan kami mudah-mudahan semua bentuk usaha dan jerih payah
kita semua tercatat sebagai amal ibadah disisi Allah SWT.
Lombok
Utara…Oktober 2014
Penyususun
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL
KATA
PENGANTAR............................................................................................
i
DAFTAR
ISI............................................................................................................
ii
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar belakang................................................................................................
1
B.
Rumusan masalah...........................................................................................
1
C. Tujuan............................................................................................................
1
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Hakikat sastra anak........................................................................................
2
B.
Fungsi sastra anak..........................................................................................
3
C.
Ciri sastra anak...............................................................................................
4
D.
Jenis dan ragam sastra anak...........................................................................
4
E.
Sastra dan dunia anak....................................................................................
10
F.
Mengenal dunia bermain anak.......................................................................
11
BABA III PENUTUP
A.
Kesimpulan.....................................................................................................
12
B.
Saran...............................................................................................................
12
DAFTAR
PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pendidikan sastra
dan bahasa Indonesia mempunyai peranan yang penting didalam dunia pendidikan.
Di sekolah dasar, pembelajaran sastra dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan
siswa mengapresiasikan karya sastra. Pembelajaran sastra di SD adalah
pembelajaran sastra anak. Sastra anak adalah karya sastra yang secara khusus
dipahami oleh anak-anak dan berisi tentang dunia yang akrab dengan anak-anak,
yaitu anak yang berusia antara 6-13 tahun. Sifat sastra anak adalah imajinasi
semata, bukan berdasarkan pada fakta. Unsur-unsur imajinasi ini sangat menonjol
dalam sastra anak. Hakikat sastra anak harus sesuai dengan dunia dan alam
kehidupan anak-anak yang khas milik mereka dan bukan milik orang dewasa. Sastra
anak mampu bertumpu dan bermula pada penyajian nilai dan imbauan tertentu yang
dianggap sebagai pedoman tingkah laku dalam kehidupan.
B.
Rumusan masalah
1.
Apakah yang dimaksud
dengan sastra anak?
2.
Sebutkan fungsi dari
sastra anak?
3.
Subutkan ciri-ciri
sastra anak?
4.
Sebutkan dan jelaskan
jenis dan ragam sastra anak?
5.
Bagaimanakah hubungan
sastra anak dengan dunia anak?
6.
Bagaimana cara mengenal
dunia bermain anak?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui apa itu sastra anak.
2.
Untuk mengetahui fungsi dari sastra anak.
3.
Untuk mengetahui ciri-ciri sastra anak.
4.
Untuk mengetahui jenis dan ragam sastra anak.
5.
Untuk mengetahui hubungan sastra anak dengan dunia anak.
6.
Untuk mengetahui cara mengenal dunia bermain anak.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Sastra Anak
Sastra mengandung
eksplorasi mengenai kebenaran kemanusiaan. Sastra juga menawarkan berbagai
bentuk kisah yang merangsang pembaca untuk berbuat sesuatu. Apalagi pembacanya
adalah anak-anak yang fantasinya baru berkembang dan menerima segala macam
cerita terlepas dari cerita itu masuk akal atau tidak. Sebagai karya sastra
tentulah berusaha menyampaikan nilai-nilai kemanusiaan, mempertahankan, serta
menyebarluaskannya termasuk kepada anak-anak.
Sesuai dengan
sasaran pembacanya, sastra anak dituntut untuk dikemas dalam bentuk yang berbeda
dari sastra orang dewasa hingga dapat diterima anak dan dipahami mereka dengan
baik. Sastra anak merupakan pembayangan atau pelukisan kehidupan anak yang
imajinatif ke dalam bentuk struktur bahasa anak. Sastra anak merupakan sastra
yang ditujukan untuk anak, bukan sastra tentang anak. Sastra tentang anak bisa
saja isinya tidak sesuai untuk anak-anak, tetapi sastra untuk anak sudah tentu
sengaja dan disesuaikan untuk anak-anak selaku pembacanya. (Puryanto, 2008: 2)
Sastra anak adalah
sastra yang secara emosional psikologis dapat ditanggapi dan dipahami oleh
anak, dan itu pada umumnya berangkat dari fakta yang konkret dan mudah
diimajinasikan.
Berdasarkan kutipan
dari Solehan bahwa kata sastra berarti karya seni imajinatif dengan unsur
estetisnya dominan yang bermediumkan bahasa (Rene Wellek, 1989). Karya seni
imajinatif tersebutdapat dalam bentuk lisan ataupun tertulis. Selanjutnya, kata
anak dapat diartikan sebagai manusia kecil (KBBI, 2000:41). Kata anak yanng
dimaksud disini bukanlah anka balita ataupun anak remaja, tetapi anak usia SD
yang berumur antara 6 sampai 13 tahun.
Menurut Santoso
(2003, 8.3) sastra anak adalah karya seni yang imajinatif dengan usur
estetisnya dominan yang bermediumkan bahasa baik lisa maupun tertulis yang
secara khusus dapat dipahami oleh anak-anak dan eriidi tentang dunia
ayangg akrab dengan anak-anak. Sementara itu, menurut Sarumpaet (Dalam Santoso,
2003, 8.3), sastra anak adalah karya satra yan dikonsumsi anak dan diurus serta
dikerjakan oleh orang tua. Artinya, sastra anak ditulis oleh orang tua yang
ditujukan kepada anak dan proses produksinya pun dikerjakan oleh orang tua.
Sifat sastra anak
adalah imajinasi semata, bukan berdasarkan pada fakta. Unsur imajinasi ini
sangat menonjol dalam sastra anak. Hakikat sastra anak harus sesuai dengan
dunia dan alam kehidupan anak-anak yang khas milik mereka dan bukan milik orang
dewasa. Sastra anak bertumpu dan bermula pada penyajian nilai dan imbauan
tertentu yang dianggap sebagai pedoman tingkah laku dalam kehidupan. (Wahidin,
2009)
Perkembangan anak
akan berjalan wajar dan sesuai dengan periodenya bila disugui bahan bacaan yang
sesuai pula. Sastra yang akan dikonsumsikan bagi anak harus mengandung tema
yang mendidik, alurnya lurus dan tidak berbelit-belit, menggunakan setting yang
ada di sekitar mereka atau ada di dunia mereka, tokoh dan penokohan mengandung
peneladanan yang baik, gaya bahasanya mudah dipahami tapi mampu mengembangkan
bahasa anak, sudut pandang orang yang tepat, dan imajinasi masih dalam
jangkauan anak. (Puryanto, 2008: 2)
Menurut Huck dkk
(1987:5) isi kandungan yang terbatas sesuai dengan jangkauan emosional dan
psikologi anak itulah yang, antara lain, merupakan karekteristik sastra anak.
Sastra anak dapat berkisah tentang apa saja, bahkan yang menurut ukuran dewasa tidak
masuk akal. Misalnya berkisah tentang binatang yang dapat berbicara, bertingkah
laku, berpikir dan berperasaan layaknya manusia. Imajinasi dan emosi anak dapat
menerima cerita itu secara wajar dan memang begitulah seharusnya menurut
jangkauan pemahaman anak.
Secara garis besar
Lukens mengelompokkan genre sastra anak ke dalam enam macam, yaitu realisme,
fiksi formula, fantasi, sastra tradisional, puisi dan nonfiksi dengan
masing-masing mempunyai beberapa jenis lagi. Genre drama sengaja tidak
dimasukkan karena menurutnya, drama baru lengkap setelah dipertunjukkan dan
ditonton, dan bukan semata-mata urusan bahasa-sastra (Nurgiyantoro,2005:15).
B. Fungsi
sastra anak
Fungsi
Sastra
Dalam kehidupan masayarakat sastra mempunyai beberapa fungsi yaitu :
a) Fungsi rekreatif, yaitu sastra dapat memberikan hiburan yang menyenangkan bagi penikmat atau pembacanya.
b) Fungsi didaktif, yaitu sastra mampu mengarahkan atau mendidik pembacanya karena nilai-nilai kebenaran dan kebaikan yang terkandung di dalamnya.
c) Fungsi estetis, yaitu sastra mampu memberikan keindahan bagi penikmat atau pembacanya karena sifat keindahannya.
d) Fungsi moralitas, yaitu sastra mampu memberikan pengetahuan kepada pembaca/penikmatnya sehingga tahu moral baik dan buruk, karena sastra yang baik selalu mengandung moral yang tinggi.
e) Fungsi religius, yaitu sastra mampu menghasilkan karya-karya yang mengandung ajaran agama yang dapat diteladani para penikmat/pembaca sastra.
Dalam kehidupan masayarakat sastra mempunyai beberapa fungsi yaitu :
a) Fungsi rekreatif, yaitu sastra dapat memberikan hiburan yang menyenangkan bagi penikmat atau pembacanya.
b) Fungsi didaktif, yaitu sastra mampu mengarahkan atau mendidik pembacanya karena nilai-nilai kebenaran dan kebaikan yang terkandung di dalamnya.
c) Fungsi estetis, yaitu sastra mampu memberikan keindahan bagi penikmat atau pembacanya karena sifat keindahannya.
d) Fungsi moralitas, yaitu sastra mampu memberikan pengetahuan kepada pembaca/penikmatnya sehingga tahu moral baik dan buruk, karena sastra yang baik selalu mengandung moral yang tinggi.
e) Fungsi religius, yaitu sastra mampu menghasilkan karya-karya yang mengandung ajaran agama yang dapat diteladani para penikmat/pembaca sastra.
Ditinjau dari segi pragmatiknya, sastra anak berfungsi sebagai pendidikan
dan hiburan. Fungsi pendidikan pada sastra anak memberi banyak informasi
tentang sesuatu hal, memberi banyak pengetahuan, memberi kreativitas atau
keterampilan anak, dan juga memberi pendidikan moral pada anak.
Menurut Suwardi Endraswara, SastraAnak berfungsi sebagai :
1. Membentuk kepribadian,
2. Menuntut Kecerdasan emosi anak.
C. Ciri Sastra Anak
Menurut Puryanto
(2008: 7) secara garis besar, ciri dan syarat sastra anak adalah:
- Cerita anak mengandung tema yang mendidik, alurnya lurus dan tidak berbelit-belit, menggunakan setting yang ada di sekitar atau ada di dunia anak, tokoh dan penokohan mengandung peneladanan yang baik, gaya bahasanya mudah dipahami tapi mampu mengembangkan bahasa anak, sudut pandang orang yang tepat, dan imajinasi masih dalam jangkauan anak.
- Puisi anak mengandung tema yang menyentuh, ritme yang meriangkan anak, tidak terlalu panjang, ada rima dan bunyi yang serasi dan indah, serta isinya bisa menambah wawasan pikiran anak.
Buku anak-anak
biasanya mencerminkan masalah-masalah masa kini. Hal-hal yang dibaca oleh
anak-anak dalam koran, yang ditontonnya dilayar televisi dan di bioskop,
cenderung pada masalah-masalah masa kini. Bahkan yang dialaminya di rumah pun
adalah situasi masa kini. (Tarigan, 1995: 5)
Menurut Sarumpaet
(Dalam Santoso, 2003:8.4), ada 3 ciri yang membedakan antara sastra anak dengan
sastra orang dewasa. 3 Ciri itu yaitu:
- Unsur pantangan, yaitu unsur yang yang secra khusus berhubungan dengan tema dan amanat. Artinya, sastra anak pantang atau menghindari masalah-masalah yang menyangkut tentang seks, cinta yang erotis, dendam yang menimbulkan kebencian atau hal-hal yang bersifat negatif.
- Penyajian dengan gaya secara langsung, artinya tokoh yang diperankan sifatnya hitam putih. Maksudnya adalah setiap tokoh yang berperan hanya mempunyai satu sifat utama, yaitu baik atau jahat.
- Fungsi terapan adalah sajian cerita harus bersifat menambah pengetahuan yang bermanfaat.
D. Jenis dan
Ragam Sastra Anak
Secara garis besar
Lukens mengelompokkan genre sastra anak ke dalam enam macam, yaitu realisme,
fiksi formula, fantasi, sastra tradisional, puisi dan nonfiksi dengan
masing-masing mempunyai beberapa jenis lagi. Genre drama sengaja tidak
dimasukkan karena menurutnya, drama baru lengkap setelah dipertunjukkan dan
ditonton, dan bukan semata-mata urusan bahasa-sastra (Nurgiyantoro,2005:15).
Enam genre anak tersebut adalah sebagai berikut:
- Realisme
Karakteristik umum
cerita realisme adalah narasi fiksional yang menampilkan tokoh dengan karakter
yang menarik yang dikemas dalam latar tempat dan waktu yang dimungkinkan. Ada
beberapa cerita yang dapat dikategorikan ke dalam realisme, yaitu cerita
realistik, realisme binatang, realisme historis dan
ceritaolahraga(Nurgiyantoro,2005:15).
Realisme dalam
sastra dappat dipahami bahwa cerita yang dikisahkan itu mungkinsajaa ada dan
terjadi walau tidak harus bahwa ia memang benar-benar ada dan terjadi. Cerita
mempresentasikan berbagai peristiwa, aksi, dan interaksi, yang seolah-olah
memang benar, dan penyelesaiannyapun masuk akal dan dapat dipercaya. Realisme
dibagi menjadi beberapa sub, yaitu :
2.
Cerita Realisme
Cerita realistik
(realistic stories) biasanya bercerita tentang masalah-masalah sosial dengan
menampilkan tokoh utamaprotagonis sebagai pelaku cerita. Masalah-masalah yang
dihadapi tokoh itulah yang menjadi sumber pengembangan konflik dan alur cerita.
Untuk cerita anak, cerita lebih banyak diselesaikan, tetapi harus tetap
mempertahankan logika cerita. Cerita realistik dapat membawa pembaca anak untuk
lebih memahami diri sendiri dan orang lain lewat pengembangan cerita, tokoh,
dan konflik yang dapat dipercaya.
3.
Realisme Binatang
Cerita realisme
binatang (animal realism) adalah cerita tentang binatang yang bersifat
nonfiksi. Ia adalah cerita tentang binatang, berbicara tentang binatang, misal
yang berkaitan dengan habitat, cara dan siklus hidup dan lain-lain. Dalam hal
ini fabel berbeda dengan cerita realisme binatang karena seringkali fabel
mengandung personifikasi binatang yang memiliki konflik layaknya seperti
manusia. Cerita realisme binatang meski tanpa personifikasi bisa dibuat secara
menarik karena menawarkan efek keindahan. Misalnya,cerita tentang penjelajahan
dan penemuan kebiasaan hidup, cara bertahan hidup, cara bergaul dengan
sesamanya, dan lain-lain yang berhubungan tentang kehidupan binatang
sesungguhnya.
4.
Realisme Historis
Cerita realisme
historis (historical realism) mengisahkan peristiwa yang terjadi pada masa
lampau. Hal itu menentukan latar yang juga harus ber-setting pada masa
lampau lengkap dengan konsekuensi faktual-logisnya. Cerita biasanya mengambil
satu atau beberapa tokoh utama yang digunakan sebagai acuanpengembangan alur.
Contoh cerita realisme historis misalnya Perang Diponegara, Perang Paderi,
Untung Surapati. Realisme historis dapat dikembangkan menjadi fiksi historis
yang didalamnya terdapat unsur imaginasi. Namun aspek imaginasi tersebut
haruslah dipadukan secara integral dengan fakta.
Untuk menjadi satra
anak, realisme historis haruslah dikemas dengan penuturan dengan cara penuturan
dan bahasa yang sederhana dan lazimnya dilengkapi dengan gambar-gambar.
5.
Realisme Olahraga
Realisme Olahraga
(sport stories) adalah cerita tentang berbagai hal yang berkaitan dengan dunia
olahraga. Ia dapat berkaitan dengan jenis dan tim olahraga juga dapat berkaitan
dengan dan dipakai untuk menanamkan karakter fairplay, kejujuran, kedisiplin,
kesederajatan, dan lain-lain yang penting untuk pengembangan diri. Jika dikemas
dengan cara-cara menarik, realisme olahrag tidak kalah menarik dibandingkan
dengan cerita yang lain. Karena tak sedikit anak yang mengidolakan tokoh-tokoh
olahraga.
6.
Fiksi Formula
Genre ini sengaja
disebut sebagai fiksi formula yang karena memiliki pola-pola tertentu yang
membedakannya dengan jenis lain. Jenis sastra anak yang dapat dikategorikan ke
dalam fiksi formula adalah cerita misteri dan detektif, cerita romantis, dan
novel serial (Nurgiyantoro, 2005:18).
Fiksi formula
memiliki pola-pola tertentu yang membedakannya dengan jenis yang lain. Walau
hal itu tidak mengurangi orisinilitas cerita yang dikreasikan oleh penulis,
keadaan itu mau tidak mau merupakan sesuatu yang bersifat membatasi.
Jenis sastra anak yang merupakan sub fiksi formula adalah :
a.
Cerita Misterius dan Detektif
Jenis fiksi formula
yang banyak dikenal orang adalah cerita misterius (mysteries) dan cerita
detektif. Cerita misterius dan detektif biasanya dikemas dalam suatu waktu,
lampau, kini atau mendatang. Cerita misteri menampilkan daya suspense ,
rasa penasaran, ingin tahu, lewat peristiwa dan tindakan yang tidak terjelaskan
alias masih misterius namun pada akhirnya hal-hal tersebut pasti diuraikan.
Contoh dari cerita misterius adalah novel serial Harry Potter (JK. Rowling),
Goosebumps (RL. Stine) terjemahan keduanya dalam bahasa Indonesia banyak
dijadikan koleksi buku anak-anak.
b.
Cerita Romantis
Cerita romantis
(Romantic stories) bukan hal yang baru dalam realisme, dan kini banyak ditulis
untuk pembaca muda. Cerita ini biasanyamenampilkan kisah yang simplisistis dan
sentimentalis hubungan laki-laki permpuan, dan itu seolah-olah merupakan satu-satunya
fokus dalam kehidupan remaja. Cerita romantis berbeda dengan romance, romansa,
yang tidak masuk kategori fiksi formula. Cerita romansa justru memperlihatkan
adanya kebebasan imajinasi dan kreativitas penulis dalam mengembangkan cerita.
c.
Novel Serial
Novel serial
dimaksudkan sebagai novel yang diterbitka secara terpisah, namun novel-novel
itu merupakan satu kesatuan unit. Novel-novel jenis ini memiliki beberapa fokus
pengorganisasian walau juga dapat bersifat tumpang tindih. Novel serial memberi
kemudahan kempada anak yang ingin secara cepat memahami dan menikmati cerita.
d.
Fantasi
Fantasi dapat
dipahami sebagai cerita yang menawarkan sesuatu yang sulit diterima. Cerita
fantasi dikembangkan lewat imajinasi yang lazim dan dapat diterima sehingga
sebagai sebuah cerita dapat diterima oleh pembaca. (Nurgiyantoro, 2005:20).
Fantasi berbeda
dengan cerita rakyat karena ceriita rakyat tidak pernah dikenali siapa
penulisnya. Jenis sastra anak yang menjadi sub fantasi adalah sebagai berikut
e.
Cerita Fantasi
Cerita fantasi
(fantasi stories) dapat dipahami sebagai cerita yang menampilkan tokoh, alur,
atau tema yang derajat kebenarannya diragukan, baok menyangkut (hampir) seluruh
maupun sebagian cerita. Cerita Fantasisebenarnya juga menampilkan berbagai
peristiwa dan aksi yang realistik sebagaiman halnya dalamcerita relaistik,
tetapi di dalamnya juga terdapat sesuatu yang sulit diterima. Demikian juga
berbagai cerita binatang yang dapat berbicara dan berperilaku seperti manusia,
cerita yang berupa personifikasi manusia, juga dikategorikan dalam cerita
fantasi.
f.
Cerita Fantasi Tinggi
Cerita fantasi
tinggi sangat terasa konflik cerita yang berupa sisi baik dan sisi jahatnya.
Tokoh yang dimunculkan sangat menarik dan meyakinkan pembaca. Setting yang
digunakan luas dan bervariasi namun sering asing dan berbeda dengan kehidupan
kita karena berangkat dari imajinasi seseorang.
7.
Fiksi Sain
Fiksi sain (science
fiction) dapat dipahami dalam beberapa pengertian. Robert Heinlein ,
seorang pengarang fiksi sains, misalnya, mengemukakan bahwa fiksi sains adalah
diksi spekulatif yang pengarangnya mengambil postulat dari dunia nyata
sebagaimana yang kita ketahui dan mengaitkan fakta dengan hukum ala. Sebagai
bagian dari cerita fantasi, fiksi sain kadang-kadang tidak mudah dibedakan
apakah ia murni fantasi atau sain. Sebagai sebuah cerita yang hadir ke pembaca
sebenarnya pembedaan tersebut tidak terlalu penting. Namun, yang jelas, walau
telah diyakini lewat plausibillitas illmiah, fiksi sain tetap saja mengandung
unsur ‘dipertanyakan kebenarannya.
a.
Sastra Tradisional
Istilah
“tradisional” dalam kesastraan (traditional literature atau folk literature)
menunjukkan bahwa bentuk itu berasal dari cerita yang telah mentradisi, tidak
diketahui kapan mulainya dan siapa penciptanya, dan kisahkan secara turun
temurun secara lisan. Jenis cerita yang dikelompokkan ke dalam genre ini adalah
fabel, dongeng rakyat, mitologi, legenda dan epos (Nurgiyantoro,2005:22).
Istilah
tradisionaldalam kesastraan trtadisional menunjukkkan bahwa bentuk ituberasal
dari ceritayang telah mentradisi, tidak diketahui kapan mulainya dan siapa
penciptanya dan dikisahkan secara turun-temurun melalui lisan. Didunia ini
ditemukan banyak sekali cerita rakyat, tidak terhitung jumlahnya, dan
menjadi bagian kebudayaan masyarakat pemiliknya. Tampaknya ada banyak cerita
tradisional yang bersifat ‘universal’ , misalnya kisah Cinderella yang ternyata
di negara lainnya memiliki kisah semacam itu yang mirip. Sub sastra tradisional
meliputi, :
b.
Fabel
Fabel adalah cerita
binatang yang dimaksudkan sebagai personifikasi karakter manusia. Tokoh cerita
dalam fabel adalah binatang-binatang yang dapat berperan layaknya manusia.
Cerita fabel secara umum tidak panjang, di dalamnya terdapat pesan moral yang
secara nyata disampaikan di akhir cerita. Pemilihan tokoh binatang dalam fabel
dimksudkan agar pesan moral yang diasampaikan menjadi lebih konkret disamping
pembaca tidak merasa digurui. Setting pada fabel sendiri pada umumnya mengacu
pada masa lampau.
c.
Dongeng Rakyat
Dongeng rakyat atau
biasa disebut dongeng rakyat merupakan karya sastra yang diceritakan secara
lisan dan turun-temurun. Dongeng pun memuat kandungan moral yang sangat
terlihat jelas sisi baik dan buruknya. Tokoh dalm dongeng bisa sesama manusia
ataupun divariasi dengan makhluk lain seperti binatang dan makhluk halus. Alur
cerita dongeng biasanya progresif untuk lebih mudah memahami jalannya cerita.
Konflik pada dongeng tidak terlalu rumit, juga klimaks biasa ditempatkan pada
akhir kisah. Penutup dongeng berupa nada sentimental yakni kata yang biasanya
‘Akhirnya mereka hidup bahagia..’. Dongeng bersifat universal dimana dongeng
dapat ditemukan di berbagai negara .
d.
Mitos
Mitos merupakan
cerita masa lampau yang berhubungan dengan dewa-dewa maupun kehidupan
supernatural yang lain. Dimana diseyiapa negsr memiliki karakteristik mitos
yang berbeda. Mitos biasanya menampilkan cerita tentang kepahlawanan, asla-usul
alam, manusia atau bangsa yang dipahami memiliki kekuatan suci. Kebenaran mitos
sebenarnya dapat dipertanyakan namun masyarkat disekitar tempat berkembangnya
mitos tersebut tidak mempersoalkan atau bahkan meyakininya. Mitos- mitos yang
berkembang di Indonesia sebagai contoh adalah cerita tentang Dewi Sri, Nyai
Rara Kidul, dll. Alur cerita pada mitos bisa tunggal atau ganda yang dikaitkan
dengan tokoh-tokoh. Mitos berkisah tentang berbagai persoalan kehidupan yang di
dalamnya terdapat kehebatan-kehebatan tertentu yang diluar jangkauan manusia.
e.
Legenda
Legenda sering
dirancukan dengan mitologi dengan mitologi. Betapapun demikian ciri khas
legenda adalah terdapat kaitan dengan kebenaran sejarah dan kurang berkaitan
dengan masalah supranatural.Kebenaran legenda dipertanyakan atau tidak bisa
dipertanggungjawabkan. Legenda menampilkan tokoh-tokoh heo yang menampilkan
aksi yang sangat mengesankan. Contoh dari legenda misalkan Rara
Jonggrang, Sang Kuriang, dsb.
f.
Epos
Epos merupakan
sebuah cerita panjang yang berbentuk syair (puisi) dengan pengarangnya yang
tidak pernah diketahui. Iepos menceritakan kisah kepahlawanan seorang tokoh
hero. Cerita epos sarat dengan ajaran morsl ksrena aksi-aksi tokoh yang hebat,
dan berani layakna seebagai pahlawan yang ideal baik fisik maupun moral. Cerita
Panji, Mahabarata, Ramayanalah yang menjadi contoh cerita epos.
g.
Puisi
Puisi merupakan
karya sastra yang mendayakan unsur bahasa untuk mencapai efek keindahan. Bahasa
puisi tentulah singkat dan padat, dengan sedikit kata, tetapi dapat
mendialogkan sesuatu yang lebih banyak. Keterjalinan secara harmonis diantara
berbagai unsur kebahasaaan tersebut merupakan cara memperoleh keindahan dalam
berpuisi. Untuk puisi anak, kesedrhanaan bahasa haruslah tetap menjadi
perharian tersendiri dan kadang-kadng keindahan puisi justru terletak pada
kesederhanaannya. Genre puisi anak dapat berupa puisi lirik tembang-tembang
anak tradisional, lirik tembang tradisional, atau lirik tembang ninabobo, puisi
naratif, dan puisi personal. (Nurgiyantoro,2005:27)
h.
Nonfiksi
Bacaan nonfiksi yang
sastra ditulis secara artistik sehingga jika dibaca oleh anak, anak akan
memperoleh pemahaman dan sekaligus kesenangan. Ia akan membangkitkan pada diri
anak perasaan keindahan yang berwujud efek emosional dan intelektual. Bacaan
nonfiksi dapat dikelompokkan ke dalam subgenre buku informasi dan biografi
(Nurgiyantoro,2005:28).
Buku nonfiksi yang
ditujukan pada anak memiliki keistimewaan tersendiri dimana terdapat sejumlah
buku bacaan nonfiksi yang ditulis dengan kadar artistik yang tinggi, dengan
memperhatikan pencapaian efekestetika lewat pemilihan unsur-unsur stile secara
tepat dan tetap sesuai dengan bahasa anak. Bacaan nonfiksi yang sastra ditulis
secara artistik sehingga dapat dibaca oleh anak, anak akan memperolehpemahaman
dan kesenangan sekaligus. Buku nonfiksi dikelompokkan menjadi dua sub, yakni:
i.
Buku informasi
Buku informasi
memuat informasi, fakta, konsep, hubungan antar fakta dan konsep dan lain-lain
yang mampu menstimulan keingintahuan anak atau pembaca. Dari aspek bahasa buku
nonfiksi tetap memperhatikan bahas figurati, diksi, citraan dan stile yang
dihadirkan. Buku informasi mencakup tema dengan permasalahan sedeerhana hingga
kompleks. Dsn ysng cocok untuk anak tentu saja buku dengan tema yanag sedrhana.
j.
Biografi,
Jika buku-buku
informasional biasanya memiliki standart yang hampir sama, biografi lain
penulis lain pula bentuk dan isinya. Biografi adalah buku yang berisi riwayat
hidup seseorang , tentu saja tidak senua aspek kehidupan dan peristiwa
dikisahkan, melainkan dibatasi pada hal-hal tertentu yang dipandang perlundan
menarik untukndiketahui orangnlain. Selain untuk menguraikan kisah hidup
seseorang biografi juga berfungsi untuk mengurai psndangan sikap dari tokoh
yang ditulis. Saat ini banyak biografi tokoh-tokoh terkenal yang ditulis
kembali berbentuk biografi sebagai bacaan anak-anak sehingga isi dan bahasanya
lebih sederhana bahkan juga disertai gambar-gambar untuk ilustrasi agar lebih
menarik.
E. SASTRA DAN
DUNIA ANAK
Berbicara sastra
pasti kita akan flashback sejenak pada masa kanak-kanak kita dahulu, tatkala
kakek atau nenek kita atau orang tua kita mendendangkan lagu-lagu (baca:
tembang) agar kita segera tidur. Secara tidak sadar sebenarnya kita telah
belajar sastra. Sastra sebagai bagian dari seni yang indah sebenarnya merupakan
salah satu sarana untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan baik, nasehat-nasehat
lewat jalannya cerita atau lagu yang didendangkan tanpa bersifat menggurui bagi
anak.
Dunia anak adalah
dunia yang penuh warna, penuh imajinasi. Kita dapat mengarahkan imajinasinya ke
imajinasi yang baik. Masih ingat kan di benak kita tatkala beberapa tahun yang
lalu, seorang anak terjun bebas dari tempat yang tinggi karena sengaja
berdandan dan memposisikan dirinya sebagai superman. Sangat naïf bukan??
Tentunya kita harus bisa belajar dari berbagai peristiwa yang pernah menimpa
anak-anak.
Sastra dapat kita
kategorikan sebagai sastra lisan (foklor) atau sastra tulis. Sastra lisan
adalah jenis sastra yang diungkapkan dari mulut ke mulut, seperti saat
kita mendongeng untuk anak dengan berbagai tokoh atau karakter. Seperti cerita
binatang: si kancil anak nakal, semut dan merpati, dsb. Juga tokoh-tokoh lain
seperti kisah Cindrelela sang upik abu, Aladin dan lampu ajaib, dsb.
Sastra tulis adalah jenis sastra yang ditulis. Barangkali pada masa sekarang
sastra yang tertulis hampir kita dapatkan di semua toko buku. Tinggal bagaimana
kita mengolah sastra lisan dan tulisan dan membuat anak-anak tertarik.
Bagi seorang anak,
buku cerita sangatlah menarik, apalagi penuh dengan gambar-gambar. Anak yang
belum bisa membaca pun akan tertarik melihat lembar-lembar kertas yang
berwarna-warni, menurutnya sungguh menarik!. Oleh karena itu, orang tua
selayaknya menganjurkan anak untuk lebih dekat pada dunia sastra sejak dini.
Hal ini dapat dipupuk melalu kegiatan mendongeng sebelum tidur.
Ayah, ibu, anda
semua pasti sangat terkejut tatkala sang buah hati bersegera naik ke tempat
tidur untuk mendengar dongeng yang akan kita bawakan. Mendongenglah apa saja,
anda dapat membekali diri dengan aneka cerita yang banyak berserakan di toko
buku. Ajaklah anak untuk menanyakan kembali dongeng semalam, mereka selalu
ingat, begitu pula dengan tokoh-tokohnya. Dari dongengan kita, ayah ibu dapat
memasukkan unsur-unsur edukatif pada diri anak, seperti saling menyayangi,
saling tolong menolong, tidak boleh bohong, nakal, menangis dan sebagainya.
Sungguh menarik bukan? Bersegeralah mendongeng untuk sang buah hati,
mendekatkan sastra sejak dini akan membawa karakter yang baik, dari segi
kejiwaan dan bahasa anak.
F. Mengenal
Dunia Bermain Anak
Bermain adalah dunia
anak, karena anak-anak pada usia dini memahami dunia sekitarnya secara alami
melalui bermain. Bagi anak, bermain bukan sekedar kesenangan, melainkan juga
merupakan sarana belajar untuk mendapatkan pengetahuan, pembentukan watak dan
sosialisasi.
Untuk mengoptimalkan
waktu bermain anak diperlukan adanya program bermain yang terencana, yang
dikembangkan berdasarkan tahap-tahap tumbuh-kembang dan minat, bakat serta
kondisi lingkungan di mana anak tinggal.
Para pakar pendidikan sepakat, usia dini (0 – 5 tahun) adalah usia emas (golden age) yang sangat berpengaruh pada kepribadian anak selanjutnya karena perkembangan IQ, EQ, dan SQ berkembang sampai 80%.
Para pakar pendidikan sepakat, usia dini (0 – 5 tahun) adalah usia emas (golden age) yang sangat berpengaruh pada kepribadian anak selanjutnya karena perkembangan IQ, EQ, dan SQ berkembang sampai 80%.
Dengan membiarkan
anak bermain sesuai kemampuan dan bakatnya akan menumbuhkan keterampilan
psikomotorik anak, baik psikomotorik kasar maupun psikomotorik halus.
Cara yang efektif
dalam mendidik anak usia dini adalah melalui pendekatan saat anak bermain
sendiri atau berkelompok, orangtua maupun tenaga pendidik bisa menjadi teman
bermain, mengarahkan serta mengajak anak berpikir menggunakan logika dan
membedakan mana yang baik dan yang tidak baik.
Ingatlah bahwa orangtua merupakan pendidik utama, dan pertama, serta terbaik untuk anak.
Ingatlah bahwa orangtua merupakan pendidik utama, dan pertama, serta terbaik untuk anak.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan Uraian
diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:
- Sastra anak adalah sastra yang secara emosional psikologis dapat ditanggapi dan dipahami oleh anak, dan itu pada umumnya berangkat dari fakta yang konkret dan mudah diimajinasikan.
- Sastra anak memiliki ciri yaitu Unsur pantangan, yaitu unsur yang yang secra khusus berhubungan dengan tema dan amanat, penyajian dengan gaya secara langsung, fungsi terapan adalah sajian cerita harus bersifat menambah pengetahuan yang bermanfaat.
- Genre Sastra anak ada beberapa jenis yaitu Realisme, fantasi, sastra tradisional, nonfiksi, Puisi dan fiksi formula.
4.
Dunia anak adalah dunia yang penuh warna, penuh imajinasi.
Kita dapat mengarahkan imajinasinya ke imajinasi yang baik.
. B.
Saran
Sastra anak sangat
penting dikenal oleh anak SD khususnya, oleh karena itu penulis memberikan
saran sebagai berikut:
a. Guru paham mengenai
sastra anak sebelum memberikan ilmunya ke murid.
b. Guru hendaknya ikut
serta dalam melestarikan sastra anak dengan mengenalkan sastra anak pada
muridnya.
c. Guru hendaknya
menciptakan suasana pembelajaran sastra anak yang menyenangkan sehingga murid
mudah memahami.
d. Guru hendaknya
memiliki daya kreativitas dalam mengajar khususnya sastra anak sehingga anak
akan tertarik dan berminat belajar mengeni sastra anak.
DAFTAR PUSTAKA
Rimang, Siti
Suwadah. 2011. Kajian Sastra Teori dan Praktik. Makassar: Aura pustaka.
Puryanto, Edi. 2008.
Konsumsi Anak dalam Teks Sastra di Sekolah. Makalah dalam Konferensi
Internasional Kesusastraan XIX HISKI.
Wahidin. 2009.
Hakikat Sastra Anak. http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/
2009/03/18/hakikat-sastra-anak/ (diunduh 11 mei 2012 06:42 WITA)
Top of Form
Bottom of Form
Top of Form
Langganan:
Postingan (Atom)